Rabu, 27 Juni 2007

Ma'rifatullah (Mengenal Allah) (2)

Dalam artikel ini penulis akan menguraikan lanjutan fungsi Allah bagi manusia sbb.

B. MALIK
Secara harfiah, malik berarti raja. Allah sebagai Malikinnas, artinya Allah sebagai Raja Manusia. Dalam ayat-ayat berikut ini disebutkan Allah sebagai Raja Langit dan Bumi. Kerajaan Allah meliputi langit dan bumi. Ada perbedaan yang mendasar antara kerajaan Allah dan kerajaan manusia, yaitu raja pada kerajaan manusia tidak abadi dan hanya pada kurun waktu tertentu sampai meninggal. Selanjutnya jika raja telah mangkat akan digantikan oleh putra mahkota atau kerabat lainnya. Allah sebagai Raja bersifat kekal abadi, tidak memiliki anak yang akan mewariskan kerajaanNya dan tidak diperanakan oleh raja sebelumnya serta tidak ada sekutu dalam kerajaanNya sesuai dengan firman Allah sbb.
1. Q.S. 67:1
"Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,"
2. Q.S. Al Ikhlas:1-4 sbb.
"Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa,Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia."
3. Q.S. Al Furqan:2
"yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya."
4. Q.S. 62:1
"Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
5. Q.S. 3:189
"Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Meyakini Allah sebagai Raja Langit dan di Bumi berarti:
6. Q.S. 17:111
"Dan katakanlah: Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya."

1. Meyakini Adanya Malaikat sebagai Utusan Allah yang mengurus berbagai macam urusan di langit dan di bumi
"Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."(Q.S. 35:1)
"Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut,dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang,dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia)."(Q.S. 79:1-5)

2. Meyakini bahwa tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah dan tujuan Allah menciptakan manusia untuk beribadah adalah Allah hendak menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi.
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."(51:56)
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi..."
"Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi..."(Q.S. 35:39)
"Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya)."(Q.S. 27:62)
"Kaum Musa berkata: Kami telah ditindas (oleh Firaun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi (Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu."(Q.S. 7:129)
"Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan."(Q.S. 38:26)
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka imam dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi),(Q.S. 28:5)

Khalifah berarti pemimpin, artinya Allah mengutus manusia sebagai pengemban amanat dari Allah untuk menyelenggarakan pemerintahan Allah di muka bumi. Dalam istilah sekarang khalifah dapat dianggap sebagai mandataris Allah. Kewajiban khalifah adalah menyelenggarakan pemerintahan Allah di muka bumi yang berdasarkan Al Quran, artinya sumber dari segala sumber hukumnya adalah Al Quran, sesuai dengan keyakinan bahwa Allah sebagai Rabb artinya Allah lah yang mengatur segala urusan manusia, Allah lah yang berhak memerintah dan membuat hukum.

Jika Allah adalah Raja dari Kerajaan Langit dan Bumi, maka Khalifah adalah pemimpin kekhalifahan di bumi. Kekhalifahan bukanlah kerajaan, karena dalam Al Quran penentuan jabatan khalifah ada 2 cara, yaitu:
1. Mitsaqon Ghalizha para Nabi dan Rasul, artinya Nabi dan Rasul diangkat langsung oleh Allah SWT dengan perjanjian yang teguh
"Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putera Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh,"(Q.S. 33:7)
"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya. Allah berfirman: Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu? mereka menjawab: Kami mengakui. Allah berfirman: Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu." (Q.S. 3:81)
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia. Ibrahim berkata: (Dan saya mohon juga) dari keturunanku. Allah berfirman: Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang lalim."(Q.S. 2:124)

2. Musyawah di antara orang-orang yang beriman, bukan musyawarah antara orang yang beriman dengan orangyang tidak beriman sbb.
"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka."(Q.S. 42:38)
"Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya."(Q.S. 3:159)
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."(Q.S. 3:144)
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."(Q.S. 4:59)

Ketika Nabi Muhamad wafat, kaum Muhajirin dan Anshar bermusyawarah mengangkat pemimpin pengganti Nabi Muhammad, yang pada saat itu diputuskan menjadi pemimpin adalah Abu Bakar. Setelah Abu Bakar kaum muslimin berturut-turut bermusyawarah mengangkat Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Setelah Ali bin Abi Thalib wafat, secara aqidah kekhalifahan tumbang sebagaimana Allah mempergilirkan kejayaan dan kemunduran Islam pada nabi-nabi sebelumnya. Tapi berdasarkan hadits Nabi, Allah akan menjamin sebelum kiamat tiba, kekhalifahan akan tegak sekali lagi atas perjuangan orang-orang yang beriman, yang berjuang mengikuti sunah Nabi Muhammad dan para Nabi sebelumnya.


Konsekuensi meyakini bahwa Manusia harus menegakkan kekhalifahan di muka bumi adalah sbb.

1. Tidak mengangkat pemimpin orang-orang Yahudi dan Nasrani, baik secara terang-terangan ataupun mengangkat pemimpin yang menginduk kepada orang Yahudi dan Nasrani
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu), sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.(Q.S. 5:51)
Jika A adalah orang Yahudi dan B taat kepada A maka berdasarkan ayat ini B adalah termasuk golongan Yahudi juga. Jika C mengangkat B menjadi pemimpin maka C juga termasuk golongan A dan B, dan seterusnya. Bentuk kepemimpinan terhadap Nasrani dan Yahudi ini merupakan lingkaran setan yang dapat kita hindari dengan menanamkan keyakinan yang kuat dalam hati, agar kita tidak terjebak untuk taat kepada orang-orang yang menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin.

2. Tidak menjadikan pemimpin orang yang membuat Islam menjadi buah ejekan dan permainan, karena mengaku Islam tetapi tidak mengaplikasikan AQl Quran dalam kepemimpinannya.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.(Q.S. 5:57)

3. Tidak menjadikan pemimpin berdasarkan banyaknya harta atau pengikut
Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah). Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu). Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya, karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak. Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: (Ini adalah) dongeng-dongengan orang-orang dahulu kala.(Q.S. 68:8-15)

Pada zaman Rasulullah, banyak anak berarti banyak keturunan, berarti banyak pengikut karena keturunan itu akan membentuk kabilah atau suku bangsa.

4. Meyakini bahwa kita akan dimintai pertanggungjawaban jika kita mengikuti pemimpin yang salah dan kita tidak bisa membebankan kesalahan kepada pemimpin tersebut:
Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. Dan mereka berkata: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).(Q.S. 33:66-67)
Pengikut-pengikut mereka berkata (kepada pemimpin-pemimpin mereka): Sesungguhnya kamulah yang datang kepada kami dari kanan. Pemimpin-pemimpin mereka menjawab: Sebenarnya kamulah yang tidak beriman.(Q.S. 37:28-29)
(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya, dan barang siapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikit pun.(Q.S. 17:71)

5. Melanjutkan perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menegakkan kekhalifahan dengan prinsip yang diajarkan Al Quran dan cara-cara yang dicontohkan para Nabi dan Rasul tanpa melanggar prinsip-prinsip dari Al Quran tersebut.
Dalam ayat-ayat sebelumnya teruraikan bahwa para Nabi dan Rasul adalah khalifah pada zamannya dan mempunyai tugas untuk menegakkan kekhalifahan. Dalam ayat berikut ini, menegakkan kekhalifahan sama dengan menegakkan Islam sebagai dien, atau menegakkan dien Islam karena dien Islam akan tegak jika dan hanya jika pada suatu kekhalifahan.
"Dia telah mensyariatkan kamu tentang dien apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah dien dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik dien yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada dien itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (dien) -Nya orang yang kembali (kepada-Nya)."(Q.S. 42:13)
"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan dien yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua dien. Dan cukuplah Allah sebagai saksi."(Q.S. 48:28)
"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Quran) dan dien yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala dien, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai."(Q.S. 9:33)
"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan dien yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala dien-dien meskipun orang-orang musyrik benci."(Q.S. 61:9)
"Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (dien) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan dien) Allah? Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: Kamilah penolong-penolong dien Allah, lalu segolongan dari Bani Israel beriman dan segolongan (yang lain) kafir, maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang."(Q.S. 61:14)
"Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah dien yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."(Q.S. 12:40)

Menegakkan dien Islam tidak sama dengan menegakkan agama Islam, karena dien berbeda dengan agama. Agama hanya mengambil aspek ritual saja dari Al Quran dan tidak menyeluruh. Aspek pendidikan, ekonomi, politik, dllnya tidak berdasarkan Al Quran tetapi mengikuti yang dianut oleh thaghut. Menegakkan Islam juga bukan berarti menegakkan syariat Islam. Menegakkan Islam berarti menegakkan Aqidah, Syariat dan Akhlak. Syariat tanpa didasari aqidah adalah sia-sia. Menegakkan dien Islam juga bukan berarti merubah thaghut menjadi kekhalifahan, atau mewarnai thaghut dengan warna Islam karena tidak mengikuti prinsip Baraah/Furqan yang diajarkan Al Quran dan secara sunatullahnya tidak akan mungkin tercapai kekhalifahan yang digambarkan Al Quran. Proses menegakkan dien Islam lah yang merupakan ibadah, sedangkan tegaknya dien Islam adalah karunia Allah. Jadi jangan berorientasi kepada hasil tetapi mengabaikan prinsip-prinsip Al Quran, tetapi berorientasi kepada proses sehingga dalam langkah tidak akan menyimpang dari Al Quran.

Wallahu 'alam bish-shawab

Tidak ada komentar: