Rabu, 27 Juni 2007

Ma'rifatullah (Mengenal Allah) (3)

Dalam artikel ini penulis akan menguraikan lanjutan fungsi Allah bagi manusia sbb.

C. ILAH

Secara lughat, ilah berarti:
a. Sakanailaih (tenang dengan Nya)
b. Isytajarobih (yang dimintai pertolongan)
c. Waliabihi (yang dicintai sepenuh hati)
d. Syarqa alaih (rindu bertemu dengan Nya)
e. Abada bihi (yang disembah)
f. Ihtazaba (yang tidak tampak dalam pandangan mata)

Meyakini Allah sebagai ilah berarti meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya yang menghadirkan ketenangan, yang dimintai pertolongan, tang dicintai sepenuh hati, yang dirindukan pertemuannya, yang disembah, yang ditakuti dan yang ditaati.

Tidak meyakini Allah sebagai satu-satunya yang menghadirkan ketenangan, yang dimintai pertolongan, tang dicintai sepenuh hati, yang dirindukan pertemuannya, yang disembah, yang ditakuti dan yang ditaati berarti kafir uluhiyah.

Meyakini ada selain Allah yang menghadirkan ketenangan, yang dimintai pertolongan, tang dicintai sepenuh hati, yang dirindukan pertemuannya, yang disembah, yang ditakuti dan yang ditaati berarti syirik uluhiyah.

Berikut ayat-ayat tentang ilah
1. Q.S. An Naas:3
"Ilah manusia"
2. Q.S. Al Fatihah:4
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan"
3. Q.S. Al Baqarah:165
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat lalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)."
4. Q.S. Ali Imran:14
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga)."
5. Q.S. At Taubah:24
"Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik."
6. Q.S. At Taubah:120
"Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah. dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik,"
7. Q.S. Al Maidah:54
"Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui."
8. Q.S. An Nahl:107
"Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir."



Konsekuensi menjadikan Allah sebagai Ilah

1. Mencintai, mengikuti dan mentaati Rasul
"Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(Q.S. 3:31)
"Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang."(Q.S. 4:64)
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya."(Q.S. 4:65)
"Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka."(Q.S. 4:80)
"Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul (Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang."(Q.S. 5:92)
"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya),"(Q.S. 8:20)
"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."(Q.S. 8:46)
"Dan mereka berkata: Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami menaati (keduanya). Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman."(Q.S. 24:47)
"Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan."(Q.S. 24:52)
"Katakanlah: Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul, dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang."(Q.S. 24:54) lihat juga Q.S. 64:12
"Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul."(Q.S. 33:66)
"niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."(Q.S. 33:71)
"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu."(Q.S. 47:33)
"Orang-orang Arab Badui itu berkata: Kami telah beriman. Katakanlah (kepada mereka): Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: Kami telah tunduk, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(Q.S. 49:14)
"Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya, dan mereka mengatakan: Kami dengar dan kami taat. (Mereka berdoa): Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."(Q.S. 2:285)
"Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat."(Q.S. 24:56 atau 3:132)
"Katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir."(Q.S. 3:32)
"(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah kemenangan yang besar."(Q.S. 4:13)
"Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang."(Q.S. 4:64)
"Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."(Q.S. 4:69)



2. Menjadikan Rasul sebagai uswatun hasanah, artinya petunjuk yang mengikat dan wajib diikuti keseluruhan manhajnya, terutama dalam menegakkan dien Islam
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."(Q.S. 33:21)
"Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian. Dan barang siapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Kaya lagi terpuji."(Q.S. 60:6)
"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),"(Q.S. 16:120)
"Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah. (Ibrahim berkata): Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,"(Q.S. 60:4)

3. Melanjutkan estafet kepemimpinan para Nabi dan Rasul dengan menegakkan kekhalifahan yang dipilih oleh musyawarah antara orang-orang yang beriman dan diperjuangan sesuai dengan prinsip-prinsip yang dicontohkan oleh Nabi dan Rasul
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (Q.S. 3:144)
"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka."(Q.S. 42:38)"
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."(Q.S. 4:59)



Hubungan antara Tauhid Rububiyah, Mulkiyah dan Uluhiyah dalam ayat-ayat Al Quran
1. Q.S. An Naas:1-3
"Katakanlah: Aku berlindung kepada RABB manusia.MALIK manusia.ILAH manusia"
2. Q.S. Al Fatihah:1-5
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.Segala puji bagi Allah, RABB semesta alam,Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,Yang menguasai (MALIK) hari pembalasan.Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan(ILAH)"
3. Q.S. Al Furqan:1-3
"Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam(RABB),yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya(MALIK).Kemudian mereka mengambil ilah-ilah selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudaratan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu kemanfaatan pun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan(ILAH)."
4. Q.S. 48:28;9:133;61:9
"Dialah yang mengutus Rasul-Nya(konskuensi Allah sebagai ILAH, taat dan cinta kepada Rasul) dengan membawa petunjuk(konsekuensi Allah sebagai RABB menurunkan Al Quran sebagai petunjuk) dan dien yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua dien(konsekuensi Allah sebagai MALIK, tegaknya dien harus dalam kekhalifahan/mulkiyah Allah)."

Tauhid Rububiyah, Mulkiyah dan Uluhiyah tidak bisa dipisahkan satu sama lain dalam kerangka pelaksanaannya di bumi. Secara sederhana perumpamaan dalam suatu organisasi, wujud Tauhid Rububiyah adalah aturan, wujud Tauhid Mulkiyah adalah wadah/organisasi tersebut dan wujud Tauhid Uluhiyah adalah ketataan kepada pengurus dari organisasi tersebut.
a. Dalam konteks kerajaan langit dan bumi, wujud dari Tauhid Rububiyah adalah sunatullah untuk mengatur alam semesta dan Al Quran untuk mengatur manusia, wujud Tauhid Mulkiyahnya adalah mulkiyah langit dan bumi dan wujud Tauhid Uluhiyahnya adalah kecintaan dan ketataan kepada Allah SWT dan mengimani adanya malaikat yang membantu mengatur segala urusan.
b. Dalam konteks lembaga nubuwah atau lembaga risalah, wujud dari Tauhid Rububiyah adalah Al Quran dan Sunah Rasul, wujud Tauhid Mulkiyahnya adalah lembaga risalah atau lembaga nubuwah dan wujud Tauhid Uluhiyah adalah ketaatan kepada Rasulullah dan aparat-aparat Rasul
c. Dalam konteks lembaga kekhalifahan, wujud dari Tauhid Rububiyah adalah Al Quran, Sunah Rasul dan Ijtihad Program-Program lembaga kekhalifahan, wujud Tauhid Mulkiyahnya adalah lembaga kekhalifahan tersebut dan wujud Uluhiyahnya adalah ketaatan kepada pemerintahan lembaga kekhalifahan, kepada para ulil amri dan aparatnya selama mereka konsisten taat kepada Allah dan Rasulnya.

Dengan pemahaman Tauhid Rububiyah, Mulkiyah dan Uluhiyah, kita dapat menyimpulkan bahwa untuk memperbaiki suatu organisasi kemasyarakat atau suatu negara maka yang perlu diubah adalah aturannya harus menggunakan Al Quran(Tauhid Rububiyah), organisasi lembaga-lembaganya harus disesuaikan dengan tujuan dari lembaga kekhalifahan yang menggunakan aturan Quran yang terdiri dari dewan syuro yang hanya terdiri dari orang-orang yang beriman yang mengerti tentang Al Quran, dewan imamah (eksekutif) dan dewan kehakiman seperti yang dicontohkan kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bi nAffan dan Ali bin Abi Thalib (Tauhid Mulkiyah) dan para aparatnya dipilih atas dasar keimanan dan pemimpinnya dipilih oleh musyawarah antara sesama umau mukmin(Tauhid Uluhiyah).

Mewujudkan ketiga aspek pemerintahan di atas tidak dapat dipisah-pisahkan dan BUKAN merupakan urutan, tetapi harus terwujud dalam lembaga kekhalifahan yang berdiri sejak awal walaupun awalnya hanya terdiri dari satu orang saja dan secara defacto dan de yure tidak mempunyai kedaulatan wilayah (secara hakekat bumi ini adalah milik Allah sehingga cukup Allah menjadi saksi Q.S. 48:28). Seperti halnya Nabi Muhammad memulai seorang diri lalu mewujudkan lembaga risalah yang terpisah dari thaghut di Mekkah, walaupun secara de facto dan de yure belum mempunyai wilayah, tetapi hakekatnya lembaga risalah tersebut eksis. Dan ini dibuktikan penolakan Rasulullah untuk bergabung dengan majelis kaum Quraisy (Darun Nadwah) dan membentuk majelis sendiri di Darul Arqam. Apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad ini merupakan uswatun hasanah, petunjuk yang mengikat sehingga kewajiban untuk mencontohnya merupakan bagian dari aqidah, yaitu Aqidah Risalah, dan merupakan bukti dari kalimat thayyibah yang kedua, "wa asy Hadu anna Muhammadar-Rasuulullah". Dari awal lembaga risalaha yang dibentuk Nabi Muhammad sudah terpisah aturan, lembaga dan kepemimpinannya dari lembaga thaghut.

Lembaga kekhalifahan ini harus memproses dirinya agar semakin besar,
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar."(Q.S. 48:29)

sehingga mencontoh program lembaga risalah yang dibentuk nabi Muhammad, maka program utamanya adalah dakwah dan pembinaan aqidah umat Islam.
Mengutip pendapat para ulama dalam suatu kongres umat Islam, kekhalifahan akan tegak dengan 7 tahapan sbb.

1.Mendidik rakyat agar cocok menjadi warga negara Islam (dalam sirah Nabi berarti pembinaan Aqidah)

2.Memberikan penerangan bahwa Islam tidak bisa dimenangkan dengan Flebisit (Referendum).

3.Membentuk daerah basis (Zaman Nabi Muhammad membuka kemungkinan daerah Basis cadangan yaitu di Makkah, Thaif, Habsy dan Yatsrib, akhirnya basis yang berhasil dibangun adalah yang di Yatsrib dan Habsy).

4.Memproklamasikan berdirinya Negara Islam (Nabi Muhammad menzahirkan lembaga risalah secara defacto dan de yure nya di Madinah yang diakui oleh Quraisy dan kabilah lainnya, termasuk negara adidaya Romawi dan Persia)

5.Memperkuat Negara Islam ke dalam dan ke luar. Ke dalam dengan Memberlakukan Hukum Islam dengan seluas-luasnya dan sesempurna-sempurnanya. Ke luar dengan Meneguhkan identitas internasionalnya, sehingga mampu berdiri sejajar dengan negara negara lain.(Zaman Nabi Muhammad masih hidup lembaga risalah mencakup HANYA Jazirah Arab saja, oleh penerusnya lembaga kekhalifahan yang dipimpin oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib kekhalifahan meliputi sepertiga dunia, yaitu jazirah Arab ke selatan, ke barat seluruh Afrika UtaraMarokko, ke Timur sampai mencapai Rusia dan sebagian Eropa, bahkan Islam menyebar sampai ke Asia Tenggara sejak zaman Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasidin).

6.Membantu perjuangan muslim di negara negara lain, sehingga mereka segera bisa melaksanakan wajib sucinya, sebagai hamba Allah yang menegakkan hukum Allah di bumi Allah.(Ijtihad para ulama, mencontoh perjuangan Nabi Ibrahim dan Nabi Luth, yang pada waktu yang sama masing-masing menegakkan Islam di wilayahnya masing-masing tetapi tetap saling berkoordinasi dan bekerja sama)

7.Bersama negara-negara Islam yang lain, membentuk Dewan Imamah Dunia untuk memilih seorang kholifah, dan tegaklah Khilafah di muka bumi.(Syuro bainahum untuk memilih khalifah fil ardhi, dan setiap negara-negara islam tadi bergabung menjadi satu pemerintahan, dan status negara-negara tersebut tunduk pada khilafah fil ardhi)

Semoga Allah memberikan hidayahNya kepada kita dan mengutus orang yang memberikan peringatan dan mengajak kita menempuh jalanNya secara langsung dan menunjuki kepada kita lembaga kekhalifahan yang sah dan dibenarkan oleh Allah, baik secara aqidah, syariat maupun akhlaknya. Allah menjamin setiap saat, setiap masa, setiap waktu dan setiap tempat akan ada orang-orang yang mengorbankan dirinya mendapatkan ridlo Allah, yaitu dengan senantiasa memperjuangkan tegaknya kekhalifahan, yaitu mulkiyah Allah di muka bumi.
"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya."(Q.S. 2:207)
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung."(Q.S. 3:104)
"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas."(Q.S. 18:28)
"Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang lalim,"(Q.S. 3:104)
"Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang tetap membela al haq, mereka senantiasa unggul, yang menghina dan menentang mereka, tidak akan mampu membahayakan mereka hingga datang keputusan Allah, sedang mereka tetap dalamkeadaan yang demikian"(Imam Bukhari 4/3641,7640 dan Imam Muslim 5/juz 13 hal 65-67 pada syarah Imam Nawawi)

Demikian Wallahu 'alam bish-shawab.
"Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang lalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek."
(Q.S. 18:29)

Ma'rifatullah (Mengenal Allah) (2)

Dalam artikel ini penulis akan menguraikan lanjutan fungsi Allah bagi manusia sbb.

B. MALIK
Secara harfiah, malik berarti raja. Allah sebagai Malikinnas, artinya Allah sebagai Raja Manusia. Dalam ayat-ayat berikut ini disebutkan Allah sebagai Raja Langit dan Bumi. Kerajaan Allah meliputi langit dan bumi. Ada perbedaan yang mendasar antara kerajaan Allah dan kerajaan manusia, yaitu raja pada kerajaan manusia tidak abadi dan hanya pada kurun waktu tertentu sampai meninggal. Selanjutnya jika raja telah mangkat akan digantikan oleh putra mahkota atau kerabat lainnya. Allah sebagai Raja bersifat kekal abadi, tidak memiliki anak yang akan mewariskan kerajaanNya dan tidak diperanakan oleh raja sebelumnya serta tidak ada sekutu dalam kerajaanNya sesuai dengan firman Allah sbb.
1. Q.S. 67:1
"Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,"
2. Q.S. Al Ikhlas:1-4 sbb.
"Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa,Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia."
3. Q.S. Al Furqan:2
"yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya."
4. Q.S. 62:1
"Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
5. Q.S. 3:189
"Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Meyakini Allah sebagai Raja Langit dan di Bumi berarti:
6. Q.S. 17:111
"Dan katakanlah: Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya."

1. Meyakini Adanya Malaikat sebagai Utusan Allah yang mengurus berbagai macam urusan di langit dan di bumi
"Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."(Q.S. 35:1)
"Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut,dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang,dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia)."(Q.S. 79:1-5)

2. Meyakini bahwa tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah dan tujuan Allah menciptakan manusia untuk beribadah adalah Allah hendak menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi.
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."(51:56)
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi..."
"Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi..."(Q.S. 35:39)
"Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya)."(Q.S. 27:62)
"Kaum Musa berkata: Kami telah ditindas (oleh Firaun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi (Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu."(Q.S. 7:129)
"Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan."(Q.S. 38:26)
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka imam dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi),(Q.S. 28:5)

Khalifah berarti pemimpin, artinya Allah mengutus manusia sebagai pengemban amanat dari Allah untuk menyelenggarakan pemerintahan Allah di muka bumi. Dalam istilah sekarang khalifah dapat dianggap sebagai mandataris Allah. Kewajiban khalifah adalah menyelenggarakan pemerintahan Allah di muka bumi yang berdasarkan Al Quran, artinya sumber dari segala sumber hukumnya adalah Al Quran, sesuai dengan keyakinan bahwa Allah sebagai Rabb artinya Allah lah yang mengatur segala urusan manusia, Allah lah yang berhak memerintah dan membuat hukum.

Jika Allah adalah Raja dari Kerajaan Langit dan Bumi, maka Khalifah adalah pemimpin kekhalifahan di bumi. Kekhalifahan bukanlah kerajaan, karena dalam Al Quran penentuan jabatan khalifah ada 2 cara, yaitu:
1. Mitsaqon Ghalizha para Nabi dan Rasul, artinya Nabi dan Rasul diangkat langsung oleh Allah SWT dengan perjanjian yang teguh
"Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putera Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh,"(Q.S. 33:7)
"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya. Allah berfirman: Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu? mereka menjawab: Kami mengakui. Allah berfirman: Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu." (Q.S. 3:81)
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia. Ibrahim berkata: (Dan saya mohon juga) dari keturunanku. Allah berfirman: Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang lalim."(Q.S. 2:124)

2. Musyawah di antara orang-orang yang beriman, bukan musyawarah antara orang yang beriman dengan orangyang tidak beriman sbb.
"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka."(Q.S. 42:38)
"Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya."(Q.S. 3:159)
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."(Q.S. 3:144)
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."(Q.S. 4:59)

Ketika Nabi Muhamad wafat, kaum Muhajirin dan Anshar bermusyawarah mengangkat pemimpin pengganti Nabi Muhammad, yang pada saat itu diputuskan menjadi pemimpin adalah Abu Bakar. Setelah Abu Bakar kaum muslimin berturut-turut bermusyawarah mengangkat Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Setelah Ali bin Abi Thalib wafat, secara aqidah kekhalifahan tumbang sebagaimana Allah mempergilirkan kejayaan dan kemunduran Islam pada nabi-nabi sebelumnya. Tapi berdasarkan hadits Nabi, Allah akan menjamin sebelum kiamat tiba, kekhalifahan akan tegak sekali lagi atas perjuangan orang-orang yang beriman, yang berjuang mengikuti sunah Nabi Muhammad dan para Nabi sebelumnya.


Konsekuensi meyakini bahwa Manusia harus menegakkan kekhalifahan di muka bumi adalah sbb.

1. Tidak mengangkat pemimpin orang-orang Yahudi dan Nasrani, baik secara terang-terangan ataupun mengangkat pemimpin yang menginduk kepada orang Yahudi dan Nasrani
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu), sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.(Q.S. 5:51)
Jika A adalah orang Yahudi dan B taat kepada A maka berdasarkan ayat ini B adalah termasuk golongan Yahudi juga. Jika C mengangkat B menjadi pemimpin maka C juga termasuk golongan A dan B, dan seterusnya. Bentuk kepemimpinan terhadap Nasrani dan Yahudi ini merupakan lingkaran setan yang dapat kita hindari dengan menanamkan keyakinan yang kuat dalam hati, agar kita tidak terjebak untuk taat kepada orang-orang yang menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin.

2. Tidak menjadikan pemimpin orang yang membuat Islam menjadi buah ejekan dan permainan, karena mengaku Islam tetapi tidak mengaplikasikan AQl Quran dalam kepemimpinannya.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.(Q.S. 5:57)

3. Tidak menjadikan pemimpin berdasarkan banyaknya harta atau pengikut
Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah). Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu). Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya, karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak. Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: (Ini adalah) dongeng-dongengan orang-orang dahulu kala.(Q.S. 68:8-15)

Pada zaman Rasulullah, banyak anak berarti banyak keturunan, berarti banyak pengikut karena keturunan itu akan membentuk kabilah atau suku bangsa.

4. Meyakini bahwa kita akan dimintai pertanggungjawaban jika kita mengikuti pemimpin yang salah dan kita tidak bisa membebankan kesalahan kepada pemimpin tersebut:
Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. Dan mereka berkata: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).(Q.S. 33:66-67)
Pengikut-pengikut mereka berkata (kepada pemimpin-pemimpin mereka): Sesungguhnya kamulah yang datang kepada kami dari kanan. Pemimpin-pemimpin mereka menjawab: Sebenarnya kamulah yang tidak beriman.(Q.S. 37:28-29)
(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya, dan barang siapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikit pun.(Q.S. 17:71)

5. Melanjutkan perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menegakkan kekhalifahan dengan prinsip yang diajarkan Al Quran dan cara-cara yang dicontohkan para Nabi dan Rasul tanpa melanggar prinsip-prinsip dari Al Quran tersebut.
Dalam ayat-ayat sebelumnya teruraikan bahwa para Nabi dan Rasul adalah khalifah pada zamannya dan mempunyai tugas untuk menegakkan kekhalifahan. Dalam ayat berikut ini, menegakkan kekhalifahan sama dengan menegakkan Islam sebagai dien, atau menegakkan dien Islam karena dien Islam akan tegak jika dan hanya jika pada suatu kekhalifahan.
"Dia telah mensyariatkan kamu tentang dien apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah dien dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik dien yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada dien itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (dien) -Nya orang yang kembali (kepada-Nya)."(Q.S. 42:13)
"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan dien yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua dien. Dan cukuplah Allah sebagai saksi."(Q.S. 48:28)
"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Quran) dan dien yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala dien, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai."(Q.S. 9:33)
"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan dien yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala dien-dien meskipun orang-orang musyrik benci."(Q.S. 61:9)
"Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (dien) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan dien) Allah? Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: Kamilah penolong-penolong dien Allah, lalu segolongan dari Bani Israel beriman dan segolongan (yang lain) kafir, maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang."(Q.S. 61:14)
"Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah dien yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."(Q.S. 12:40)

Menegakkan dien Islam tidak sama dengan menegakkan agama Islam, karena dien berbeda dengan agama. Agama hanya mengambil aspek ritual saja dari Al Quran dan tidak menyeluruh. Aspek pendidikan, ekonomi, politik, dllnya tidak berdasarkan Al Quran tetapi mengikuti yang dianut oleh thaghut. Menegakkan Islam juga bukan berarti menegakkan syariat Islam. Menegakkan Islam berarti menegakkan Aqidah, Syariat dan Akhlak. Syariat tanpa didasari aqidah adalah sia-sia. Menegakkan dien Islam juga bukan berarti merubah thaghut menjadi kekhalifahan, atau mewarnai thaghut dengan warna Islam karena tidak mengikuti prinsip Baraah/Furqan yang diajarkan Al Quran dan secara sunatullahnya tidak akan mungkin tercapai kekhalifahan yang digambarkan Al Quran. Proses menegakkan dien Islam lah yang merupakan ibadah, sedangkan tegaknya dien Islam adalah karunia Allah. Jadi jangan berorientasi kepada hasil tetapi mengabaikan prinsip-prinsip Al Quran, tetapi berorientasi kepada proses sehingga dalam langkah tidak akan menyimpang dari Al Quran.

Wallahu 'alam bish-shawab

Selasa, 26 Juni 2007

Ma'rifatullah (Mengenal Allah) (1)

Banyak ulama mendefinisikan pembagian tentang pembahasan ma'rifutillah. Tetapi pada artikel ini penulis akan menguraikan tentang Siapa Allah berdasarkan perkataan Allah sendiri yang tercantum dalam Al Quran sehingga terhindar dari kebanyakan prasangka atau pendapat yang mengada-adakan tentang siapa Allah, karena sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa (Q.S. Al Hujurat:12).

Berdasarkan Q.S. An Naas ayat 1-3, Allah memperkenalkan fungsi diri-Nya bagi manusia, yaitu bahwa Allah adalah:
1. Rabb Manusia
2. Malik Manusia
3. Ilah Manusia

Keyakinan terhadap fungsi Allah bagi manusia ini mencakup keyakinan terhadap wujud, af'al, asma dan sifat yang pada artikel ini tidak akan dibahas, karena jika pemahaman terhadap fungsi Allah bagi manusia ini sudah benar, maka keyakinan terhadap wujud, af'al, asma dan sifat Allah yang benar akan mengikuti. Selain itu penulis fokus pada fungsi Allah karena pembahasan ini sangat jarang ditemukan pada sumber lain, apalagi dipelajari di institusi pendidikan formal. Untuk sementara ini silahkan gunakan referensi para Ulama hanif untuk mendapatkan pembahasan lengkap tentang wujud, af'al, asma dan sifat Allah.

Untuk mendapatkan definisi yang jelas tentang fungsi Allah di atas, penulis akan menjelaskannya menggunakan ayat-ayat Al Quran juga, karena dalam Q.S. Al Baqarah 185 dijelaskan bahwa Al Quran adalah petunjuk bagi manusia, penjelasan mengenai petunjuk tersebut dan pembeda antara yang benar dan yang salah. "Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)...".

Sehingga suatu petunjuk dari Allah dalam suatu ayat akan dijelaskan Allah dalam ayat-ayat yang lain. Dalam ilmu tafsir cara ini dikenal dengan istilah tafsir bil ayat, yang lebih kuat daripada tafsir bil hadits. Tafsir bil hadits biasanya berlaku pada ayat-ayat tentang perintah dan larangan yang tata cara pelaksanaannya tidak diatur langsung dalam Al Quran, misalnya perintah tentang shalat atau zakat. Sedangkan ayat-ayat tentang ma'rifatullah atau aqidah dijelaskan dengan ayat-ayat yang jelas (muhkamat) karena aqidah merupakan pokok isi Al Quran. Seudah selayaknya Al Quran yang merupakan petunjuk tentu isinya mudah dimengerti.
"Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Quran..."(Q.S. Ali Imran:7)

Berikut penjelasan dari setiap fungsi/kedudukan Allah bagi manusia:
A. Rabb

Dalam Q.S. Al Fatihah ayat 2 disebutkan bahwa "Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam". Jadi Allah bukan hanya sekedar Rabb Manusia (Q.S. 114:2), tetapi juga Rabbil 'aalamiin (Q.S. 1:2).
Berikut ayat-ayat yang menjelaskan definisi Rabb:

a. Q.S. Yunus:31-32
"Katakanlah: Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab: Allah. Maka katakanlah: Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?Maka (Zat yang demikian) itulah Allah RABB kamu yang sebenarnya, maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?"
b.Q.S. Yunus:3
"Sesungguhnya RABB kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya. (Zat) yang demikian itulah Allah, RABB kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?"
c.Q.S. Al Baqarah:21-22
"Hai manusia, sembahlah RABB-mu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui."
d.Q.S. Al 'Alaq:1-5
"Bacalah dengan (menyebut) nama RABB-mu Yang menciptakan,Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan RABB-mulah Yang Maha Pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

Dari beberapa ayat di atas saja dapat ditarik penjelasan denisi RABB sbb.
1. Pencipta (Q.S. Yunus:3;Q.S. Al Baqarah:21-22)
Meyakini Allah sebagai Rabb berarti meyakini bahwa Allah adalah pencipta alam semesta dan segala isinya termasuk manusia. Tidak meyakini bahwa Allah adalah pencipta alam semesta dan seisinya termasuk manusia berarti kafir rububiyah dan meyakini bahwa selain Allah bisa menciptakan sesuatu berarti syirik rububiyah.

2. Pemelihara/Pemberi Rizki(Q.S. Yunus:31-32)
Meyakini Allah sebagai Rabb berarti meyakini bahwa Allah adalah pemberi rizki semua makhluk termasuk hewan dan manusia. Tidak meyakini bahwa Allah adalah pemberi rizki semua makhluk termasuk manusia berarti kafir rububiyah. Meyakini ada selain Allah yang memberikan rizki kepada kita berarti syirik rububiyah. Allah memelihara dan memberi rizki kepada makhluknya dengan perantaraan sunatullah atau perantaraan makhluk yang lainnya.

3. Pendidik (Q.S. Al 'Alaq:1-5)
Meyakini Allah sebagai Rabb berarti meyakini bahwa Allah lah yang mendidik manusia. Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak tahu apa-apa/lupa (Q.S. 16:78) dan bingung/sesat (Q.S. Adh-Dhuha:7) lalu Allah mengutus nabi dan rasul sebagai rahmat (Q.S. 21:107) yang mengajarkan tentang tauhid (Q.S. 3:164;2:151), menjadi saksi,menyampaikan kabar gembira tentang surga dan peringatan terhadap neraka (Q.S. 4:165,33:45). Berarti meyakini juga bahwa manusia tidak akan mungkin bisa bertauhid tanpa diajarkan, baik langsung oleh Allah (para Nabi dan Rasul) atau tidak langsung melalui Nabi dan Rasul serta penerusnya.

4. Pengatur Segala Urusan(Q.S. Yunus:31-32)
Meyakini Allah sebagai Rabb berarti meyakini bahwa Allah lah yang mengatur segala urusan alam semesta dengan berbagai macam hukum alam yang kita kenal dengan sains dan juga meyakini bahwa Allah lah yang mengatur segala urusan manusia, sejak bangun tidur, sampai tidur kembali dan semua urusan dari yang paling kecil seperti masuk WC sampai urusan pendidikan, ekonomi, politik, sosial, budaya dan ibadah ritual seperti shalat, shaum, haji,dll. Tidak meyakini Allah sebagai pengatur urusan alam semesta termasuk manusia berarti kafir rububiyah. Meyakini ada selain Allah yang bisa mengatur manusia berarti syirik rububiyah.

Berdasarkan ayat-ayat berikut ini terkandung konsekuensi meyakini Allah sebagai RABB sbb.
1.Beribadah kepada-Nya
a. Q.S. Al Baqarah:21-22
Dalam ayat ini terkandung dasar dari ibadah adalah tauhid. Sebab makhluk beribadah kepada Allah adalah karena Allah merupakan Rabb alam semesta.Ibadah yang tidak dilandasai dengan tauhid tidak akan diterima amalnya (Q.S. 9:17;13:14;7:147;9:69).
2. Menciptakan dan Memerintah adalah Haq allah (Q.S. Al A'raf:54)
"Sesungguhnya RABB kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam."
3. Allah berkuasa menurut Qudrat dan Iradahnya. Allah yang Maha Berkuasa mengatur hidup dan mati, pasangan hidup dan rizki manusia(Q.S. 30:20-25;42:11-12)

4. Siap menerima Allah sebagai sumber dari segala sumber hukum. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah
a. Q.S. 42:10
"Tentang sesuatu apa pun kamu berselisih maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah RABB-ku. Kepada-Nyalah aku bertawakal dan kepada-Nyalah aku kembali."
b. Q.S. 6:57
"Katakanlah: Sesungguhnya aku (berada) di atas hujah yang nyata (Al Quran) dari RABB-ku sedang kamu mendustakannya. Bukanlah wewenangku (untuk menurunkan azab) yang kamu tuntut untuk disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik."
c. Q.S. 4:105
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat,"
5. Meyakini bahwa persangkaan, yaitu hasil pikiran manusia bukanlah kebenaran yang mutlak, dan tidak bisa digunakan untuk menetapkan hukum
(Q.S. Yunus:36-37)
"Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah, akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari RABB semesta alam.

Sunatullah Sikap Manusia terhadap Rububiyah Allah

1.Mengingkari Rububiyah Allah (Q.S. 2:258)

"Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan, orang itu berkata: Saya dapat menghidupkan dan mematikan. Ibrahim berkata: Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat, lalu heran terdiamlah orang kafir itu, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim."

Orang yang seperti ini biasa disebut sebagai orang atheis yang tidak meyakini adanya Allah.

2.Meyakini Rububiyah Allah tetapi berbuat syirik

a. (Q.S. 39:38)
"Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? niscaya mereka menjawab: Allah. Katakanlah: Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudaratan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudaratan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya? Katakanlah: Cukuplah Allah bagiku. Kepada-Nyalah bertawakal orang-orang yang berserah diri."(Q.S. 39:38)
b. (Q.S. 13:16)
"Katakanlah: Siapakah Tuhan langit dan bumi? Jawabnya: Allah. Katakanlah: Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudaratan bagi diri mereka sendiri? Katakanlah: Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang, apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka? Katakanlah: Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa."(Q.S. 13:16)
c. (Q.S. 27:60)
"Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran)."(Q.S. 27:60)
d. (43:9-15)
"Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? niscaya mereka akan menjawab: Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk.Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasang dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya, dan supaya kamu mengucapkan, Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya,dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah)."(43:9-15)

3.Meyakini Rububiyah Allah tetapi tidak beribadah yang benar (taqwa)
"Katakanlah: Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab: Allah. Maka katakanlah: Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?"(Q.S. 10:31)

Yang termasuk golongan ini juga termasuk golongan orang-orang yang menyekutukan Allah karena mereka tidak meyakini keharusan untuk melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah. Dalam hatinya mereka membenarkan pemerintahan selain Allah yang menerapkan aturan yang tidak berdasarkan Al Quran. Mereka meyakini Allah mengatur segala urusan tetapi meyakini juga bahwa ada urusan-urusan yang bisa dipecahkan dengan akal pikiran, yaitu dalam bentuk ideologi-ideologi seperti liberalisme, sosialisme, demokrasi, dll. Mereka hanya mengambil dari Al Quran apa-apa yang tidak bertentangan dengan hawa nafsu mereka, yaitu yang berkenaan dengan ibadah ritual (ibadah maghdhah), sedangkan perintah-perintah lainnya yang berkaitan dengan kemasyarakatan atau pemerintahan mereka tolak.

Ada juga di antara mereka yang dalam hatinya menolak pemerintahan yang menerapkan aturan selain Al Quran (thaghut) tetapi pada prakteknya mereka menolak cara-cara yang diperintahkan Al Quran dalam bersikap terhadap thaghut, yaitu

1. bara'ah (berlepas diri, Q.S. 9:3)

a. Q.S. 9:3

"Dan (inilah) suatu permakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertobat itu lebih baik bagimu, dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih."

b. Q.S. 11:54;6:19;59:16

"Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. Hud menjawab: Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai saksiku dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan,"(Q.S. 11:54)

c. Q.S. 60:4

"Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah. (Ibrahim berkata): Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,"

2. yakfur bith-thaghut (mengingkari, memusuhi dan membenci thaghut),

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) dien(Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(Q.S. 2:256)

3. tidak bermusyawarah dengan mereka yang mengolok-ngolok Al Quran bahwa Al Quran sudah ketinggalan zaman, Al Quran tidak cocok diterapkan pada zaman sekarang, dll untuk membahas urusan umat muslim.

Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam,(Q.S. 4:140)

Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika setan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang lalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).(Q.S. 6:68)

4. Mereka menjadikan mereka sebagai wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin

Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah ...(Q.S. 3:28)

5. Mereka beranggapan dosa tidak melaksanakan aturan Allah hanya ditimpakan kepada pemimpin mereka, padahal mereka pun berdosa
(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.(Q.S. 2:166)
Berkatalah orang-orang yang telah tetap hukuman atas mereka, Ya Tuhan kami, mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu, kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami (sendiri) sesat, kami menyatakan berlepas diri (dari mereka) kepada Engkau, mereka sekali-kali tidak menyembah kami.(Q.S. 28:63)

6. Mereka melakukan syirik lainnya, yaitu bertaqlid kepada ulama-ulama mereka,
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.(Q.S. 9:31)

7. Menolak orang yang menyampaikan kebenaran dengan mengatakan "Biarlah kami bekerja dan engkapun bekerja"
Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.(Q.S. 10:41)

Inilah hitam-putih pembahasan tentang keyakinan bahwa Allah sebagai RABB. Iman itu berarti dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Tak ada sedikitpun pembenaran terhadap ayat-ayat Allah di atas dalam hati kita berarti tak ada sedikitpin iman di hati kita. Tetapi walaupun belum mampu untuk mengamalkan, tetapi selama itu diyakini di dalam hati, Insya Allah telah tetap keimanan pada diri kita.

Walaupun begitu orang yang beriman dituntut untuk berusaha membenarkan keimanan tersebut dengan lisan dan perbuatan. Mudah-mudahan Allah selalu memberikan hidayahNya kepada kita semua dan mengutus seseorang yang memberikan peringatan kepada kita secara langsung dan mengajak kita menempuh jalan yang lurus.AMIN

Kamis, 21 Juni 2007

Dalil Penjelasan LaailaaHa illa 4jj1

Menyambung artikel sebelumnya, berikut ini ayat-ayat Al Quran yang menjadi dalil dari penjelasan tentang LaailaaHa illa 4jj1 sbb.

1. Laa ilaaHa illa 4jj1
18:110
47:19
2. Laa Khaaliqa illa 4jj1 artinya Tiada Pencipta Selain 4jj1
25:2
3. Laa Raaziqa illa 4jj1 artinya Tiada Pemberi Rizki Selain 4jj1
51:57-58
4. Laa Maalika illa 4jj1 artinya Tiada Pemilik Selain 4jj1
4:131-132
2:284
5. Laa Malika illa 4jj1 artinya Tiada Penguasa Selain 4jj1
62:1
36:83
67:1
3:189
6. Laa Haakima illa 4jj1 artinya Tiada Pembuat Hukum Selain 4jj1
12:40
6:114
33:36
28:68
45:18
42:20
6:137
7. Laa Aamira illa 4jj1 artinya Tiada Pemerintah Selain 4jj1
7:54
8. Laa Waliyya illa 4jj1 artinya Tiada Pemimpin Selain 4jj1
2:257
9. Laa Mahbuuba illa 4jj1 artinya Tiada Yang Dicintai Selain 4jj1
2:165
10. Laa Marhuuba illa 4jj1 artinya Tiada Yang Ditakuti Selain 4jj1
2:40
9:18
11. Laa Marghuuba illa 4jj1 artinya Tiada Yang Diharapkan Selain 4jj1
94:8
18:110
12. Laa Naafi'a Wa Laa Dhaarr illa 4jj1 artinya Tiada Yang Memberi Manfaat atau Mudharat Selain 4jj1
6:17
13. Laa Muhyi Wa Laa Mumiit illa 4jj1 artinya Tiada Yang Menghidupkan atau Mematikan Selain 4jj1
2:258
14. Laa Mujiib illa 4jj1 artinya Tiada Yang Mengabulkan Permohonan Selain 4jj1
2:186
40:60
15. Laa Mustajaara Illaa 4jj1 artinya Tiada Yang Melindungi Selain 4jj1
16:98
72:6
16. Laa Wakiila illa 4jj1 artinya Tiada Tempat Bertawakal Selain 4jj1
3:159
9:52
17. Laa Mudhirra illa 4jj1 artinya Tiada Daya dan Kekuatan Selain 4jj1
6:17
18. Laa Musta'aan Bihi illa 4jj1 artinya Tiada Yang Dimohonkan Pertolongannya Selain 4jj1
1:5

Tambahan dalil atau koreksi karena kesalahan kutip insya Allah akan ditambahkan kemudian. Wallahu'alam bish-shawab.

Rabu, 20 Juni 2007

LaailaaHa illa 4jj1

LaailaaHa illa 4jj1 merupakan kalimat pertama dari kalimat thayyibah yang menjadi sumber aqidah tauhid. Kalimat ini terdiri dari 4 kata sbb.
1. Laa, yaitu kata yang digunakan untuk menafi'kan, mempunyai arti meniadakan, menafikkan, memberantas, memerangi, memusuhi, menolak,menjauhi, menghancurkan, membinasakan.
2. Ilah, yaitu sesuatu yang dicintai, tempat bergantung, selalu diingat-ingat, dimintai pertolongan, ditaati, diharapkan pertemuannya
3. Illa, yaitu kata untuk mengitsbatkan, yaitu mengecualikan frase sebelumnya yang menyatakan tidak ada ilah, melainkan Allah. Dengan kata lain mengitsbatkan (menguatkan) bahwa Allahlah satu-satunya ilah.
4. Allah yaitu Rabb, Malik dan Ilah manusia

Pernyataan ke-wahdaniyatan (keesaan) Allah dalam bentuk kalimat nafi' dan isbath ini mengandung makna yang lebih jelas karena tertuang konsekuensi-konsekuensi sbb.
1. Laa ilaaHa illa 4jj1
Seseorang yang menjadikan sesuatu ilah selain Allah pasti menjadikan sesuatu tersebut Rabb (pengatur, pemberi rizki, pemberi ketenangan) dan Malik (penguasa yang harus ditaati) sehingga kalimat ini mengandung pengertian Laa Rabba illa 4jj1 dan Laa Maalika illa 4jj1. Artinya mula-mula seseorang menjadikan sesuatu itu Rabb, misalnya karena sesuatu itu bisa mendatangkan rizki buatnya, lalu muncul ketaatan sehingga hakekatnya dia sudah menjadikan sesuatu tersebut penguasanya (Malik) dan akhirnya muncul kecintaan dan pengharapan yang amat terhadap sesuatu tesrebut (Ilah).

Dalam ilmu tauhid, kalimat Laa ilaaHa illa 4jj1 juga mengandung pengertian-pengertian lain (lihat uraian selanjutnya). Pengertian-pengertian tersebut harus menjadi keyakinan yang menghujam dalam hati, jika tidak, berarti kita tidak termasuk orang yang beriman dan termasuk orang-orang yang mengingkari ketauhidan Allah. Jika kita menduakan, men-tigakan dan seterusnya setiap pengertian-pengertian ini berarti kita termasuk ke dalam orang-orang musyrik. Aqidah tauhid harus merupakan hitam atau putih di dalam hati. Tidak ada pertengahan, akomodasi atau pemakluman hal-hal yang melanggar tauhid.

Keyakinan yang telah menghujam tersebut harus diikrarkan dengan mengucapkan syahadat sesuai dengan syarat sah dan rukun yang mengikatnya dan diwujudkan dengan amal perbuatan. Selemah-lemahnya iman adalah hanya meyakini dalam hati dan mengucapkan hanya kepada orang yang beriman saja tetapi lebih baik dari pada menyatakan keimanan kepada orang-orang yang beriman tetapi hatinya menolak atau bahkan secara terang-terangan dengan hati, lisan dan jasadnya menolak ketauhidan 4jj1.

Menanamkan pemahaman-pemahaman berikut ini adalah perbuatan yang mudah tapi akan dirasa sulit karena setan selalu berusaha membujuk manusia untuk ingkar kepadaNya, jadi mulailah dengan mengucapkan a'udzubillahi minasy-syaithaanir-rajiim, aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk.

Berikut pengertian-pengertian tersebut dan gambarannya dalam contoh studi kasus yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari:

2. Laa Khaaliqa illa 4jj1 artinya Tiada Pencipta Selain 4jj1
Pengertian ini seharusnya bisa menjawab perkembangan dalam ilmu pengetahuan (teori terbentuknya alam semesta, clonning, bayi tabung, gempa dan tsunami buatan, badai buatan, rekayasa genetik pada tumbuhan, hewan dan manusia) sehingga tidak menyebabkan manusia tergelincir keyakinannya membenarkan bahwa manusia bisa menciptakan atau bahwa makhluk hidup tersebut diciptakan oleh alam dengan teori-teori yang menyesatkan seperti teori kebetulan, teori evolusi, dll. Teori-teori tersebut diyakini penganut atheisme yang berpaham materialisme sehingga tidak meyakini adanya Allah yang Maha Pencipta. Untuk memahami tentang materi silahkan baca atau tonton video Harun Yahya tentang "Rahasia di Balik Materi". Dari apa yang disampaikan Harun Yahya nyatalah bahwa hakekat Sang Pencipta hanyalah Allah karena wujud semua makhluk di alam semesta ini tidak lebih dari lautan proton, elektron, neutron dan partikel atomik lainnya dan hanya Allah yang bisa menciptakan jiwa yang dilengkapi dengan hati sehingga manusia bisa merasakan kehidupan seperti yang dirasakannya. Ilmu pengetahuan yang bisa dikuasai manusia tidak lain hanyalah sunatullah yang telah ditetapkan oleh Allah.

Meyakini ada Pencipta selain Allah berarti masih melakukan perbuatan syirik walaupun hanya sekedar di hati. Ingatlah selalu bahwa manusia yang bisa membuat berbagai macam benda dan menguasai teknologi ini diciptakan oleh Allah.

3. Laa Raaziqa illa 4jj1 artinya Tiada Pemberi Rizki Selain 4jj1
Walaupun syariatnya kita mendapatkan rizki dari orang tua, pembeli di pasar atau majikan kita, janganlah sekali-sekali muncul dalam keyakinan di hati kita bahwa merekalah yang memberikan rizki kepada kita. Tanamkan selalu dalam hati kita bahwa Allah sebagai Rabb tidak hanya menciptakan makhlukNya, tetapi juga memelihara, mendidik dan memberi rizki kepada setiap makhlukNya dengan cara yang berbeda dan dapat menjadikan makhluk lainnya sebagai perantara.

Hindarilah syirik atau ingkar dalam hati kita dengan membuang jauh-jauh keyakinan bahwa kita memperoleh rizki dari makhluk sedangkan Allah tidak memberikan apa-apa kepada kita.

4. Laa Maalika illa 4jj1 artinya Tiada Pemilik Selain 4jj1
Allah adalah pemilik kita dan merupakan konsekuensi Allah sebagai pencipta kita. Kita bukan milik orang tua kita, milik guru, kekasih, suami/istri bahkan majikan. Yakinkan dalam hati bahwa kita adalah hamba sahaya Allah dan manusia yang merdeka dari penghambaan kepada sesama manusia sehingga kita bisa bebas merdeka untuk beribadah tanpa rasa takut.

Meyakini dalam hati kita bahwa kita adalah milik selain Allah sehingga kita menaati selain Allah tersebut berarti kita masih melakukan perbuatan syirik.

5. Laa Malika illa 4jj1 artinya Tiada Penguasa Selain 4jj1
Allah adalah pemilik Alam Semesta, pemilik langit, bumi dan manusia. Maka sudah selayaknya kita meyakini bahwa satu-satunya penguasa di alam raya ini adalah Allah, bukan raja, presiden, perdana menteri apalagi jin. Hindari keyakinan dalam hati bahwa seseorang manusia atau jin menguasai sebidang tanah, laut atau bahkan sebatang pohon sehingga kita terhalang dari beribadah kepada Allah. Tidak ada penguasa selain Allah sehingga kita tidak perlu takut atau cemas terhadap mereka karena sesungguhnya kekuasaan selain Allah adalah atas ijinnya dan Allah bisa kapan saja untuk mencabut kekuasaan itu tinggal kita berdoa dan berusaha memenuhi konsekuensi dari doa kita.

6. Laa Haakima illa 4jj1 artinya Tiada Pembuat Hukum Selain 4jj1
Allah yang menciptakan kita, Allah yang memelihara kita, Allah yang mendidik kita, Allah yang memberi rizki kepada kita dan Allah lah yang mengatur kita dengan seperangkat peraturan, baik untuk alam semesta berupa hukum alam dan untuk manusia dalam bentuk Al Quran. Hukum yang bersumber dari selain Al Quran adalah hukum jahiliyah dan kita haram untuk membenarkan dalam hati kita bahwa hukum tersebut benar. Meyakini dalam hati ada sumber hukum lain selain hukum Allah berarti masih berbuat syirik.

7. Laa Aamira illa 4jj1 artinya Tiada Pemerintah Selain 4jj1
Satu-satunya raja dan pemimpin dalam kerajaan Allah adalah Allah saja. Tidak ada manusia yang menjadi pemimpin yang mutlak sehingga bisa memerintah dan membuat peraturan sebebasnya, yang ada adalah khalifah, yang artinya wakil/utusan/duta/mandataris Allah dalam memimpin manusia melaksanakan aturan-aturan Allah di kerajaan Allah, yaitu di dunia ini. Manusia hanya taat kepada pemerintah Allah, artinya hanya taat kepada Allah, Rasul dan Uliil Amri yang memimpin kekhalifahan.

Meyakini dalam hati bahwa ada pemerintahan yang harus ditaati selain Allah, Rasul dan Ulim Amri yang memimpin kekhalifahan berati masih melakukan perbuatan syirik.

8. Laa Waliyya illa 4jj1 artinya Tiada Pemimpin Selain 4jj1
Konsekuensi dari Laa Malika illa 4jj1, Laa Haakima illa 4jj1, Laa Aamira illa 4jj1 adalah meyakini bahwa Allah lah satu-satunya Wali, penolong atau pemimpin kita. Perwujudan Allah sebagai wali adalah dengan mengutus Rasul dan Ulil Amri kekhalifahan.

Meyakini dalam hati bahwa ada wali selain Allah berarti masih melakukan perbuatan syirik.

9. Laa Mahbuuba illa 4jj1 artinya Tiada Yang Dicintai Selain 4jj1
Tiada yang dicintai selain Allah. Allah mengizinkan manusia mencintai makhluknya dengan kadar dan batasan tertentu sehingga tidak boleh melebihi cintanya kepada Allah yang akhirnya karena cintanya kepada selain Allah tersebut membuat dia meninggalkan perintah Allah atau melaksanakan larangan Allah. Menanamkan dalam hati kecintaan yang berlebihan kepada kekasih, suami/istri, harta, pekerjaan, pangkat dan jabatan, kendaraan dan barang lainnya sehingga akhirnya membuat dia meninggalkan perintah Allah atau melaksanakan larangan Allah maka dia masih melakukan perbuatan syirik.

10. Laa Marhuuba illa 4jj1 artinya Tiada Yang Ditakuti Selain 4jj1
Menurut Q.S. 2:155 Allah menguji manusia dengan sedikit ketakutan. Jika manusia berhasil naiklah derajatnya dan sebaliknya. Tetapi setan membuat ketakutan tersebut menjadi besar sehingga akhirnya dia merasa takut yang berlebihan kepada selain Allah, yaitu kepada jin dan thaghut. Jika kita membenarkan ketakutan yang berlebihan kepada selain Allah sehingga akhirnya menghambat kita untuk beribadah maka kita masih melakukan perbuatan syirik.

11. Laa Marghuuba illa 4jj1 artinya Tiada Yang Diharapkan Selain 4jj1
Berharap dan berdoa hanyalah kepada Allah bukan berharap kepada makhluknya. Berharap kepada selain Allah dengan keyakinan yang berlebihan sehingga meninggalkan Allah berarti masih melakukan perbuatan syirik.

12. Laa Naafi'a Wa Laa Dhaarr illa 4jj1 artinya Tiada Yang Memberi Manfaat atau Mudharat Selain 4jj1
Cincin, jimat, mantra, ramalan, tahyul dan sebangsanya tidak akan memberi manfaat atau mudharat kepada manusia, kecuali doa yang benar kepada Allah. Manfaat atau mudharat yang kita rasakan adalah atas kehendak Allah. Jika kita meyakini ada makhluk yang dapat memberikan manfaat/mudharat berarti kita masih melakukan perbuatan syirik.

13. Laa Muhyi Wa Laa Mumiit illa 4jj1 artinya Tiada Yang Menghidupkan atau Mematikan Selain 4jj1
Menghidupkan dan mematikan adalah urusan Allah, bukan dukun santet, algojo, hakim, polisi/tentara, perampok, kecelakaan, bencana alam dll. Semuanya tersebut hanyalah cara Allah dalam menghidupkan dan mematikan. Keyakinan yang mutlak bahwa kita akan meninggal karena suatu sebab sehingga kita sangat ketakutan dapat menyebabkan kita tergelincir melakukan perbuatan syirik.

14. Laa Mujiib illa 4jj1 artinya Tiada Yang Mengabulkan Permohonan Selain 4jj1
Hanya Allah lah yang mengabulkan doa, bukan orang tua, guru, kekasih atau majikan.

15. Laa Mustajaara Illaa 4jj1 artinya Tiada Yang Melindungi Selain 4jj1
Hanya Allah lah yang melindungi kita sehingga jika kita meyakini hal ini dengan sungguh-sungguh kita akan selalu tenteram dalam menjalani hidup, tidak akan was-was, takut celaka, dsb.

16. Laa Wakiila illa 4jj1 artinya Tiada Tempat Bertawakal Selain 4jj1
Jika kita mengamai mushibah atau mengharapkan sesuatu, hanya Allahlah tempat kita bertawakal.

17. Laa Mudhirra illa 4jj1 artinya Tiada Daya dan Kekuatan Selain 4jj1
Tidak ada daya dan kekuatan di dunia ini melainkan daya dan kekuatan Allah, bukan daya dan kekuataan jin ataupun senjata-senjata pemusnah yang dahsyat.

18. Laa Musta'aan Bihi illa 4jj1 artinya Tiada Yang Dimohonkan Pertolongannya Selain 4jj1
Wujud kita bertawakal kepada Allah adalah hanya memohon pertolongan kepada Allah.

19. Laa Mujiib illa 4jj1 artinya Tiada Yang Mengabulkan Permohonan Selain 4jj1
Keyakinan bahwa Allahlah satu-satunya tujuan kita berdoa harus disertai keyakinan bahwa Allahlah yang akan mengabulkannya. Meyakini bahwa ada manusia, pohon, batu, kuburan,dll yang akan mengabulkan doa berarti masih melakukan perbuatan syirik.

Sikap tauhid di atas akan sangat membantu kedamaian kehidupan di dunia karena ketika kita dihadapkan untuk memikirkan atau menghadapi sesuatu yang sulit dan kompleks, maka kita tinggal berserah diri, mengadu dan memohon pertolongan kepada Allah yang menentukan segala urusan.

Menolak pemahaman di atas berarti telah melakukan perbuatan syirik dan ingkar, baik itu syirik/kafir rububiyah (Rabb), syirik/kafir mulkiyah (Malik) dan syirik/kafir ulihiyah (Ilah). Dosa syirik dan ingkar tidak akan diampuni Allah di akhirat kecuali melakukan tobat di dunia dengan cara mengucapkan syahadat sesuai dengan syarat sah dan rukunnya dan menjalankan konsekuensi dari syahadat tersebut yaitu mengamalkan keimanannya dengan jasadnya.

Mudah-mudahan kita senantiasa terhindar dari mengikuti bisikan-bisikan keingkaran terhadap ketauhidan Allah yang muncul di benak kita.

Tulisan ini tidak bermaksud menyinggung seseorang dan tidak ada yang mengetahui aqidah seseorang selain Allah, dirinya dan orang yang mendengar pernyataan keimanan/keingkaran darinya. Marilah kita bermuhasabah dan mudah-mudahan Allah menurunkan hidayah dan jalan bagi kita untuk bertobat dari syirik dengan tobat yang sebenar-benarnya.Amin.

(Bersambung)

Aqidah Tauhid - An Introduction (2)

Dalam pembahasan sebelumnya telah disinggung bahwa sumber dari tauhid adalah kalimat thayyibah, yaitu kalimat LaailaaHa illa 4jj1 wa Muhammadar-Rasuulu 4jj1.

Dalam Q.S. 14:24-25, Allah menyampaikan perumpaan tentang aqidah yang kuat, yang bersumber dari kalimat thayyibah, ibarat pohon yang akarnya kuat sehingga batangnya menjulang tinggi dan menghasilkan buah-buahan, sbb.
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

Dalam ayat ke 27-nya, Allah berfirman:
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki."

Setiap amal ibadah dalam Islam terdiri dari 3 aspek, yaitu aqidah, syariat dan akhlak. Misalnya ibadah shalat, aspek aqidahnya yaitu kita meyakini bahwa shalat adalah perintah Allah yang tercantum dalam Al Quran, sedangkan aspek syariatnya yaitu kita shalat dengan mencontoh kepada Nabi Muhammad dan aspek akhlaknya yaitu kita berpakaian yang bersih dan wangi karena hendak menghadap Allah. Contoh yang lain misalnya menyembelih hewan, aspek aqidahnya kita meyakini bahwa menyembelih hewan harus dengan asma Allah sesuai Q.S. 6:121, aspek syariatnya yaitu bahwa sesuai contoh dari Nabi Muhammad, menyembelih hewan adalah pada lehernya dan aspek akhlaknya yaitu menggunakan pisau yang tajam. Setiap amal ibadah apapun pasti terdiri dari ketiga aspek ini.

Demikian sempurnanya perumpamaan Allah dalam Q.S. 14:24-25 di atas. Akar pohon yang teguh melambangkan aqidah yang kuat yang tersimpan dalam hati. Batang pohon melambangkan syariat dan buah-buahan melambangkan akhlak. Aqidah merupakan keyakinan yang menghujam di dalam hati. Agar orang lain mengetahui tentang akidah seorang manusia, maka manusia itu harus mengikrarkannya lewat lisan (mengucapkan syahadat) dan mewujudkannya dengan pelaksanaan syariat dan akhlak. Dalam Q.S. 36:25 Allah memberi gambaran tentang kewajiban orang yang beriman/beraqidah untuk memperdengarkan keimanannya kepada orang lain.
"Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu, maka dengarkanlah (pengakuan keimanan) ku." (Q.S. 36:25)
dan perkataan Rasulullah: "Iman itu dibenarkan oleh hati, diikrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan jasad".

Dari konteks Q.S. 36:25, orang yang beriman harus memperdengarkan keimanannya kepada orang yang menyerunya untuk beriman, yang pastinya adalah orang yang beriman juga, yaitu para Nabi dan Rasul serta penerusnya. Sedangkan kepada orang yang ingkar, manusia tidak wajib untuk memperdengarkan keimanannya. Bahkan Amr bin Yasir ketika disiksa, dipaksa untuk menyatakan kalimat syirik dan beliau terpaksa mengucapkannya, kata Nabi Muhammad Amr bin Yasir tidak berdosa karena sebelumnya telah berikrar di hadapan Nabi dan Amr bin Yasir mengatakan kepada Nabi bahwa dia terpaksa mengucapkannya, artinya hati Amr bin Yasir tetap beriman. Perbuatan ini sesuai dengan perintah Allah melalui kisah Ashabul Kahfi dalam Q.S. 18:19 dan kisah umat Nabi Musa yang menyembunyikan keimanannya. (Q.S. 40:28)
"...Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorang pun."(Q.S. 18:19
"Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Firaun yang menyembunyikan imannya berkata:... " (Q.S. 40:28)

Melalui kisah Ashabul kahfi dan umat Nabi Musa ini Allah mengajarkan kepada kaum muslim bahwa jika tidak memungkinkan untuk beriman secara terang-terangkan, umat muslim diperintahkan untuk menyembunyikan keimanannya karena dikhawatirkan akan diganggu oleh orang-orang yang benci.

Menjadi jelaslah bahwa walaupun aqidah itu letaknya di hati, orang yang beriman wajib menyatakan keimanannya kepada Rasul atau penerusnya dan diperkuat pula dengan hadits Rasulullah tentang Rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, zakat,shaum dan haji bagi yang mampu. Artinya memperdengarkan keimanan dengan mengikrarkan syahadat merupakan rukun seseorang menjadi muslim.

Setelah orang beriman mengikrarkan syahadat maka baginya terikat janji untuk memproses dirinya agar mengamalkan syariat islam secara bertahap dan bersama-sama dengan masyarakat muslim yang lain. Setelah syariat itu terwujud dalam kehidupan sehari-harinya dan perbuatanya dalam beribadah tersebut tidak lagi dibuat-buat/dipaksa-paksa maka jadilah dia seorang yang berakhlak islam. Ibarat pohon yang akarnya menghujam ke tanah, apabila batangnya ditebang tentu pohon tersebut akan kembali berkembang menjadi pohon yang besar dan akan berbuah sebagaimana mestinya. Sebaliknya pohon yang akarnya buruk, walaupun pada awalnya batangnya kuat, perlahan-lahan pohon tersebut akan tumbang dan mati. Seperti dalam Q.S. 14:26 berikut ini
"Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun."

Terakhir firman Allah tentang masyarakat yang beriman yang diperumpamakan dengan tanaman yang dari akarnya mengeluarkan tunas, lalu tegak batangnya dan menyenangkan hati penanam-penanamnya tertuang dalam Q.S. 48:29 sbb.
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar."

Mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada kita untuk beriman, beraqidah tauhid dengan semurni-murni dan setulus-tulusnya tauhid dan menganugerahikan keberanian dan jalan kepada kita untuk menyatakan keimanan kita kepada orang yang berhak sesuai dengan yang ditetapkan oleh Allah dalam Al Quran dan As Sunah.

(Bersambung)

Aqidah Tauhid - An Introduction (1)

Selain rukun iman yang 6, pembahasan keyakinan atau keimanan dalam Islam dapat kita peroleh dengan memahami aqidah tauhid. Aqidah tauhid merupakan dasar keyakinan seorang muslim yang berfungsi sebagai syarat diterimanya ibadah kepada 4jj1 SWT. Dalam Islam, syarat diterimanya ibadah kepada 4jji ada 3, yaitu:
1. Mabda (dasarnya) adalah aqidah tauhid
2. Manhaj (metodenya) adalah syariat Nabi Muhammad
3. Ghoyah (tujuannya) adalah mendapatkan ridlo 4jjl di dunia dan diakhirat
Aqidah tauhid sebagai syarat diterimanya ibadah berarti walaupun metode dan tujuannya benar tetapi tidak dilandasi aqidah tauhid maka ibadahnya sia-sia.

Aqidah berasal dari kata bahasa Arab aqad, yang artinya perjanjian, bisa juga berarti ikatan. Sedangkan tauhid merupakan istilah Islam yang artinya ilmu yang menetapkan keyakinan-keyakinan yang diambil dari dalil-dalil yang meyakinkan, yaitu menunggalkan 4jji sebagai Rabb (Pencipta dan Pengatur),Malik (Penguasa) dan Ilah yang disembah, ditaati dan dicintai serta membenarkan ke-Wahdaniyat-an(keesaan)-Nya dalam Dzat, Sifat dan Af'al. Lawan kata dari tauhid adalah syirik, yang artinya menyekutukan (menduakan, men-tigakan, dst) 4jj1 sebagai Rabb,Malik dan Ilah atau menolak ke-Wahdaniyat-an-Nya dalam Dzat, Sifat dan Af'al.

Karena aqidah tauhid merupakan keterikatan seorang manusia kepada 4jj1 SWT yang lahir dari perjanjian yang kokoh dan kuat, tidak main-main dan diazamkan, yang menuntut untuk dipenuhi, dipelihara dan hanya ditujukan kepada 4jji sajalah, maka sumber ilmu aqidah harus berasal dari 4jji, yaitu Al Quran. Dari ayat-ayat Al Quran lah kita bisa mengenal 4jj1 dan apa konsekuensi seseorang yang beraqidah tauhid. Ilmu aqidah tidak boleh berasal dari filsafat, karena filsafat merupakan hasil pikiran (prasangka) manusia yang karena keterbatasan akal tidak akan mungkin mencapai kebenaran.
"Dia (4jj1) mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (termasuk pengetahuan tentang-Nya)" (Q.S. 96:5)
"Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan 4jj1 semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain 4jj1, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga."(Q.S. 10:66)
"Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya 4jj1 Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain 4jj1, akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Rabb semesta alam."(Q.S. 10:36-37)
"Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan: Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang sesuatu apa pun. Demikian pulalah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah: Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada Kami? Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanya berdusta."(Q.S.6:148)
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)."(Q.S. 6:116)
"Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya, Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka."(Q.S. 53:23)
"Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran."(Q.S. 53:28)
"Kebenaran itu adalah dari Rabbmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu."(Q.S. 2:147)

Sumber tauhid adalah kalimat thayyibah yang berbunyi :
LaailaaHa illa 4jj1 wa Muhammadar-Rasuulu 4jj1
yang secara sederhana diterjemahkan dengan tiada ilah selain 4jj1 dan Nabi Muhammad adalah utusan 4jj1
Kalimat LaailaaHa illa 4jj1 merupakan pernyataan tauhid yang disampaikan setiap Nabi dan Rasul 4jj1. Ayat-ayat Al Quran yang menjelaskan tentang tauhid, sumber tauhid dan lawannya syirik dapat ditemukan pada ayat-ayat sbb.
Q.S. 2:22,255,256;
Q.S. 3:2,18,64;
Q.S. 4:51,60,87;
Q.S. 5:60,73;
Q.S. 6:19,56,71,102,164;
Q.S. 7:59,65,73,85,158;
Q.S. 9:31,129;
Q.S. 10:90;
Q.S. 11:14,50,61,84;
Q.S. 16:36;
Q.S. 13:16;Q.S. 17:22,56;
Q.S. 18:15;
Q.S. 19:48;
Q.S. 20:8,14,98;
Q.S. 22:40;
Q.S. 23:23,32,91,116,117;
Q.S. 25:3,55,68;
Q.S. 27:60,61;
Q.S. 28:70,71,72,88;
Q.S. 34:22;
Q.S. 35:3,13;
Q.S. 36:23;
Q.S. 37:35;
Q.S. 38:65;
Q.S. 39:6,17;
Q.S. 40:62,65;
Q.S. 45:23;
Q.S. 46:28;
Q.S. 47:19;
Q.S. 59:22,23;
Q.S. 60:4;
Q.S. 64:13;

Demikian banyaknya ayat yang menjelaskan tentang Tauhid dan Syirik, untuk selanjutnya pembahasan ayat-ayat tersebut akan dikelompokkan berdasarkan pembahasan sumber tauhid, yaitu LaailaaHa illa 4jj1 . (bersambung)