Rabu, 20 Juni 2007

Aqidah Tauhid - An Introduction (2)

Dalam pembahasan sebelumnya telah disinggung bahwa sumber dari tauhid adalah kalimat thayyibah, yaitu kalimat LaailaaHa illa 4jj1 wa Muhammadar-Rasuulu 4jj1.

Dalam Q.S. 14:24-25, Allah menyampaikan perumpaan tentang aqidah yang kuat, yang bersumber dari kalimat thayyibah, ibarat pohon yang akarnya kuat sehingga batangnya menjulang tinggi dan menghasilkan buah-buahan, sbb.
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

Dalam ayat ke 27-nya, Allah berfirman:
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki."

Setiap amal ibadah dalam Islam terdiri dari 3 aspek, yaitu aqidah, syariat dan akhlak. Misalnya ibadah shalat, aspek aqidahnya yaitu kita meyakini bahwa shalat adalah perintah Allah yang tercantum dalam Al Quran, sedangkan aspek syariatnya yaitu kita shalat dengan mencontoh kepada Nabi Muhammad dan aspek akhlaknya yaitu kita berpakaian yang bersih dan wangi karena hendak menghadap Allah. Contoh yang lain misalnya menyembelih hewan, aspek aqidahnya kita meyakini bahwa menyembelih hewan harus dengan asma Allah sesuai Q.S. 6:121, aspek syariatnya yaitu bahwa sesuai contoh dari Nabi Muhammad, menyembelih hewan adalah pada lehernya dan aspek akhlaknya yaitu menggunakan pisau yang tajam. Setiap amal ibadah apapun pasti terdiri dari ketiga aspek ini.

Demikian sempurnanya perumpamaan Allah dalam Q.S. 14:24-25 di atas. Akar pohon yang teguh melambangkan aqidah yang kuat yang tersimpan dalam hati. Batang pohon melambangkan syariat dan buah-buahan melambangkan akhlak. Aqidah merupakan keyakinan yang menghujam di dalam hati. Agar orang lain mengetahui tentang akidah seorang manusia, maka manusia itu harus mengikrarkannya lewat lisan (mengucapkan syahadat) dan mewujudkannya dengan pelaksanaan syariat dan akhlak. Dalam Q.S. 36:25 Allah memberi gambaran tentang kewajiban orang yang beriman/beraqidah untuk memperdengarkan keimanannya kepada orang lain.
"Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu, maka dengarkanlah (pengakuan keimanan) ku." (Q.S. 36:25)
dan perkataan Rasulullah: "Iman itu dibenarkan oleh hati, diikrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan jasad".

Dari konteks Q.S. 36:25, orang yang beriman harus memperdengarkan keimanannya kepada orang yang menyerunya untuk beriman, yang pastinya adalah orang yang beriman juga, yaitu para Nabi dan Rasul serta penerusnya. Sedangkan kepada orang yang ingkar, manusia tidak wajib untuk memperdengarkan keimanannya. Bahkan Amr bin Yasir ketika disiksa, dipaksa untuk menyatakan kalimat syirik dan beliau terpaksa mengucapkannya, kata Nabi Muhammad Amr bin Yasir tidak berdosa karena sebelumnya telah berikrar di hadapan Nabi dan Amr bin Yasir mengatakan kepada Nabi bahwa dia terpaksa mengucapkannya, artinya hati Amr bin Yasir tetap beriman. Perbuatan ini sesuai dengan perintah Allah melalui kisah Ashabul Kahfi dalam Q.S. 18:19 dan kisah umat Nabi Musa yang menyembunyikan keimanannya. (Q.S. 40:28)
"...Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorang pun."(Q.S. 18:19
"Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Firaun yang menyembunyikan imannya berkata:... " (Q.S. 40:28)

Melalui kisah Ashabul kahfi dan umat Nabi Musa ini Allah mengajarkan kepada kaum muslim bahwa jika tidak memungkinkan untuk beriman secara terang-terangkan, umat muslim diperintahkan untuk menyembunyikan keimanannya karena dikhawatirkan akan diganggu oleh orang-orang yang benci.

Menjadi jelaslah bahwa walaupun aqidah itu letaknya di hati, orang yang beriman wajib menyatakan keimanannya kepada Rasul atau penerusnya dan diperkuat pula dengan hadits Rasulullah tentang Rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, zakat,shaum dan haji bagi yang mampu. Artinya memperdengarkan keimanan dengan mengikrarkan syahadat merupakan rukun seseorang menjadi muslim.

Setelah orang beriman mengikrarkan syahadat maka baginya terikat janji untuk memproses dirinya agar mengamalkan syariat islam secara bertahap dan bersama-sama dengan masyarakat muslim yang lain. Setelah syariat itu terwujud dalam kehidupan sehari-harinya dan perbuatanya dalam beribadah tersebut tidak lagi dibuat-buat/dipaksa-paksa maka jadilah dia seorang yang berakhlak islam. Ibarat pohon yang akarnya menghujam ke tanah, apabila batangnya ditebang tentu pohon tersebut akan kembali berkembang menjadi pohon yang besar dan akan berbuah sebagaimana mestinya. Sebaliknya pohon yang akarnya buruk, walaupun pada awalnya batangnya kuat, perlahan-lahan pohon tersebut akan tumbang dan mati. Seperti dalam Q.S. 14:26 berikut ini
"Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun."

Terakhir firman Allah tentang masyarakat yang beriman yang diperumpamakan dengan tanaman yang dari akarnya mengeluarkan tunas, lalu tegak batangnya dan menyenangkan hati penanam-penanamnya tertuang dalam Q.S. 48:29 sbb.
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar."

Mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada kita untuk beriman, beraqidah tauhid dengan semurni-murni dan setulus-tulusnya tauhid dan menganugerahikan keberanian dan jalan kepada kita untuk menyatakan keimanan kita kepada orang yang berhak sesuai dengan yang ditetapkan oleh Allah dalam Al Quran dan As Sunah.

(Bersambung)

Tidak ada komentar: